MENCINTAI ALLAH (bY Linatussofiyanti X4)
Mencintai Allah adalah tujuan yang paling tinggi dari tingkat pendakian jiwa.
Mencintai Allah itu diwajibkan bagi kaum Muslimin dan Muslimat.
Seorang ulama besar Abdul Nasir ’ulwan membagi cinta (Al Mahabbah )menjadi
Tiga tingkatan sebagai berikut:
1. Al Mahabbah Ula yaitu mencintai Allah. Rasul-Nya dan Jihad Fi Sabilillah
2. Al Mahabbatul Wustha yaitu mencintai segala sesuatu yang boleh dicintai oleh Allah dan
Mencintai Allah itu diwajibkan bagi kaum Muslimin dan Muslimat.
Seorang ulama besar Abdul Nasir ’ulwan membagi cinta (Al Mahabbah )menjadi
Tiga tingkatan sebagai berikut:
1. Al Mahabbah Ula yaitu mencintai Allah. Rasul-Nya dan Jihad Fi Sabilillah
2. Al Mahabbatul Wustha yaitu mencintai segala sesuatu yang boleh dicintai oleh Allah dan
Rasul-Nya.
3. Al Mahabbatul Adna yaitu mencintai segala sesuatu melebihi cinta kepada Allah dan Rasul-Nya
3. Al Mahabbatul Adna yaitu mencintai segala sesuatu melebihi cinta kepada Allah dan Rasul-Nya
serta Jihad Fi Sabilillah .
Manusia mempunyai begitu banyak kecenderungan untuk mengekspresikan semua yang dirasakannya, emosi juga segala bentuk hubungan Interpersonal.
Berinteraksi saling memberi perhatian. Simpati, empati dan semua hal yang menjadikannya
sebagai makhluk yang berbeda dengan makhluk lain. Ya, Sebuah fitra yang sangat wajar.
Namun, setan begitu mudah membelokkan maka cinta tulus yang begitu indah, kepada
hawa nafsu yang begitu rendah dan menjijikan. Apakah cinta, bila seseorang takut kehilangan?
apakah cinta apa bila seseorang begitu ragu untuk bertanggung jawab. Sudahkah kita menjaga
cinta itu? Mari mencoba mendefinisikan kecenderungan rasa kita kepada seseorang. Benarkah
itu cinta, atau sekedar kekaguman yang kita hiperboliskan, Sehingga kita seolah-olah begitu
banyak berkorban. Padahal itu hanyalah kekaguman yang menyiksa kita terhadap sesuatu
yang belum pasti.
”Adapun orang-orang beriman amat sangat cintanya kepada Allah SWT”. (Q.S. Al Baqarah)
Jauhilah cinta yang berlebihan dan cinta yang dilarang, sebab itu adalah azab bagi jiwa,
dan penyakit bagi hati. Kembalilah pada Allah SWT, kepada mengingat-Nya, dan taat pada-Nya.
Cinta kepada Allah SWT memberi energi untuk berjuang, mencapai spiritualitas cinta
Yang bersumber pada kecintaan pada Dzat yang menaptakan makhluk.
”Ya, Allah berilah aku cinta-Mu dan cinta orang yang mencitai-Mu, dan cinta yang membuat
aku mendekati-Mu, dan buatlah cinta-Mu lebih kucinta dari pada air yang sejuk.”
(Doa Rasulullah SAW)
Manusia mempunyai begitu banyak kecenderungan untuk mengekspresikan semua yang dirasakannya, emosi juga segala bentuk hubungan Interpersonal.
Berinteraksi saling memberi perhatian. Simpati, empati dan semua hal yang menjadikannya
sebagai makhluk yang berbeda dengan makhluk lain. Ya, Sebuah fitra yang sangat wajar.
Namun, setan begitu mudah membelokkan maka cinta tulus yang begitu indah, kepada
hawa nafsu yang begitu rendah dan menjijikan. Apakah cinta, bila seseorang takut kehilangan?
apakah cinta apa bila seseorang begitu ragu untuk bertanggung jawab. Sudahkah kita menjaga
cinta itu? Mari mencoba mendefinisikan kecenderungan rasa kita kepada seseorang. Benarkah
itu cinta, atau sekedar kekaguman yang kita hiperboliskan, Sehingga kita seolah-olah begitu
banyak berkorban. Padahal itu hanyalah kekaguman yang menyiksa kita terhadap sesuatu
yang belum pasti.
”Adapun orang-orang beriman amat sangat cintanya kepada Allah SWT”. (Q.S. Al Baqarah)
Jauhilah cinta yang berlebihan dan cinta yang dilarang, sebab itu adalah azab bagi jiwa,
dan penyakit bagi hati. Kembalilah pada Allah SWT, kepada mengingat-Nya, dan taat pada-Nya.
Cinta kepada Allah SWT memberi energi untuk berjuang, mencapai spiritualitas cinta
Yang bersumber pada kecintaan pada Dzat yang menaptakan makhluk.
”Ya, Allah berilah aku cinta-Mu dan cinta orang yang mencitai-Mu, dan cinta yang membuat
aku mendekati-Mu, dan buatlah cinta-Mu lebih kucinta dari pada air yang sejuk.”
(Doa Rasulullah SAW)
bY Linatussofiyanti X4
Posted by mading man sumpiuh
on 23.27. Filed under
.
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0.
Feel free to leave a response