PERTUMBUHAN ILMU PENGETAHUAN PADA MASA RASULULLAH SAW bY Nenis X4
Nabi Muhammad SAW menerima wahyu di Gua Hira di Mekah pada tahun 610 M. Dalam Wahyu itu terkandung ajaran perintah membaca (iqra). Adapun Wahyu pertama itu artinya sebagai berikut:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhan-Mu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang Maha Mulia. Yang mengajarkan (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang diketahuinya.”(Q.S al-'Alaq:1-5).
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhan-Mu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang Maha Mulia. Yang mengajarkan (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang diketahuinya.”(Q.S al-'Alaq:1-5).
Dalam wahyu yang pertama turun itu, terdapat perintah kepada manusia untuk membaca agar memperoleh ilmu pengetahuan. Manusia hendaknya membaca dengan nama Allah semata-mata. Jangan mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dari perintah ini nanti akan muncul penyelidikan terhadap sifat-sifat Tuhan. Penyelidikan itu akan melahirkan ilmu-ilmu agama. Selanjutnya, dalam ayat itu juga terdapat perintah agar manusia mempelajari kejadian manusia, yaitu mulai dari segumpal darah dan kejadian alam semesta. Allah akan mengajarkan demikian itu kepada orang-orang yang mau menyelidiki dan membahasnya sedangkan mereka belum mengetahuinya.
Rasulullah sendiri menganjurkan kepada para sahabat dan kaum muslimin agar menuntut ilmu dan belajar dengan tekun, bahkan disuruhnya juga mempelajari ilmu-ilmu dan bahasa-bahasa musuh. Di dalam hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari di jumpai keterangan bahwa Zaid bin Tsabit disuruh mempelajari tulisan Yahudi. Nabi saw bersabda yang artinya:
“Belajarlah tulisan Yahudi, sebab saya tidak dapat mempercayakan surat-surat saya kepada mereka.”
Perintah tersebut dilaksanakan oleh Zahid setelah pandai dalam bahasa tersebut.
Banyak hadist yang memperintahkan belajar yang artinya berikut:
“Tuntutlah ilmu sejak dari buaian sampai keliang kubur.”
“Menuntut ilmu itu wajib atas tiap-tiap kaum Muslimin dan Muslimat.”
Dengan adanya perintah wajib menuntut ilmu dari Allah dan Rasul-Nya itu maka kaum Muslimin, terutama para sahabat berlomba-lomba menuntut ilmu, tidak saja di Madinah dan sekitarnya bahkan ketempat-tempat yang jauh sehingga dalam waktu yang sangat pendek, lahir sejumlah Ulama dan ahli ilmu dalam berbagai bidang pengetahuan. Mereka kemudian menyebarkannya ke berbagai Kota Islam untuk membawa umat kepada kehidupan yang berbudaya.
Perlu dicatat bahwa pada waktu islam datang, pada umumnya orang Arab buta huruf dan buta ilmu, terutama pada kalangan Arab Murni (Arab Badui). Dalam lingkungan Quraisy sendiri, hanya terdapat 17 orang yang pandai tulis baca yaitu: Umar bin Khattab, Ali bin Abu Thalib, Usman bin Affan, Abu Ubaidah bin Jarrah, Thalhah, Yazid bin Abu Sufyan, Abu Khuzzifah Ibnu Uthbah bin Rabillah, Habib bin Amar, Abu Salamah bin Abdul Asad al-Makhzumy, Abaan bin Sa'id bin Abi Ash bin Umaiyah, Khalid bin Sa'id bin Abi Sarkhi Aamiry, Khuaitib bin Abdullah Al- Uzza Al-Aamary, Abu Sofyan bin Harb, Muawiyah bin Abu Sofyan, Juhaim bin Salt, dan Alka bin Hadlaramy.
Dalam kalangan wanita lebih sedikit lagi, yaitu: Hafsah, Ummu Kalsum, Asy Syfa bin Abdulloh Alwadiyah, Aisyah, dan Ummi Salamah. Kedua yang terakhir kemudian ditugaskan menjadi penulis Al-Qur'an di samping itu juga di tugaskan menjadi guru.
Kemudian ada juga yang dimaksud dengan ilmu dalam bidang Agama yaitu Pengetahuan tentang masalah-masalah agama, seperti : Tafsiran, Al-Qur'an, Hadist, Fikih, Akhlak. Gerakan ilmu dalam bidang ini sangat besar dan luas sekali medannya. Orang harus memahami makna Al-Qur'an, Menafsirkan ayat-ayat, menggali hukum dari dalamnya. Demikian pula hadist-hadist Nabawi. Perkembangan ilmu ini telah mulai selagi Rasulullah masih hidup.
“Belajarlah tulisan Yahudi, sebab saya tidak dapat mempercayakan surat-surat saya kepada mereka.”
Perintah tersebut dilaksanakan oleh Zahid setelah pandai dalam bahasa tersebut.
Banyak hadist yang memperintahkan belajar yang artinya berikut:
“Tuntutlah ilmu sejak dari buaian sampai keliang kubur.”
“Menuntut ilmu itu wajib atas tiap-tiap kaum Muslimin dan Muslimat.”
Dengan adanya perintah wajib menuntut ilmu dari Allah dan Rasul-Nya itu maka kaum Muslimin, terutama para sahabat berlomba-lomba menuntut ilmu, tidak saja di Madinah dan sekitarnya bahkan ketempat-tempat yang jauh sehingga dalam waktu yang sangat pendek, lahir sejumlah Ulama dan ahli ilmu dalam berbagai bidang pengetahuan. Mereka kemudian menyebarkannya ke berbagai Kota Islam untuk membawa umat kepada kehidupan yang berbudaya.
Perlu dicatat bahwa pada waktu islam datang, pada umumnya orang Arab buta huruf dan buta ilmu, terutama pada kalangan Arab Murni (Arab Badui). Dalam lingkungan Quraisy sendiri, hanya terdapat 17 orang yang pandai tulis baca yaitu: Umar bin Khattab, Ali bin Abu Thalib, Usman bin Affan, Abu Ubaidah bin Jarrah, Thalhah, Yazid bin Abu Sufyan, Abu Khuzzifah Ibnu Uthbah bin Rabillah, Habib bin Amar, Abu Salamah bin Abdul Asad al-Makhzumy, Abaan bin Sa'id bin Abi Ash bin Umaiyah, Khalid bin Sa'id bin Abi Sarkhi Aamiry, Khuaitib bin Abdullah Al- Uzza Al-Aamary, Abu Sofyan bin Harb, Muawiyah bin Abu Sofyan, Juhaim bin Salt, dan Alka bin Hadlaramy.
Dalam kalangan wanita lebih sedikit lagi, yaitu: Hafsah, Ummu Kalsum, Asy Syfa bin Abdulloh Alwadiyah, Aisyah, dan Ummi Salamah. Kedua yang terakhir kemudian ditugaskan menjadi penulis Al-Qur'an di samping itu juga di tugaskan menjadi guru.
Kemudian ada juga yang dimaksud dengan ilmu dalam bidang Agama yaitu Pengetahuan tentang masalah-masalah agama, seperti : Tafsiran, Al-Qur'an, Hadist, Fikih, Akhlak. Gerakan ilmu dalam bidang ini sangat besar dan luas sekali medannya. Orang harus memahami makna Al-Qur'an, Menafsirkan ayat-ayat, menggali hukum dari dalamnya. Demikian pula hadist-hadist Nabawi. Perkembangan ilmu ini telah mulai selagi Rasulullah masih hidup.
Posted by mading man sumpiuh
on 23.03. Filed under
.
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0.
Feel free to leave a response