|

TETAPKAN PILIHAN by: kartika triana r. x3




“Jika seorang hamba di pagi dan sore hari, tidak mempunyai keinginan apapun kecuali Allah SWT semata. Maka Allah akan memberikan semua yang menjadi keinginannya. Mengosongkan hatinya untuk cinta pada-Nya. Menjadikan lisannya berdzikir kepada-Nya. Menjadikan semua anggota tubuhnya memenuhi kataatan pada-Nya”. (Ibnu Qayyim)

Coba kita simak perkataan Ahmad bin Abu Hawari, tokoh generasi tabiin tentang Abu Sulaiman Ad Darany yang dikenal sebagai ahli ibadah, “Suatu hari saya mengunjungi Abu Sulaiman Ad Darany. Aku mendapatinya sedang menangis. Aku bertanya, “Apakah yang membuatmu menangis tuanku?” Ia menjawab, “Wahai Ahmad, sesungguhnya apabila malam sudah sunyi, para ahlul muhabbah (para pecinta Allah) menjadikan tapak kaki mereka sebagai alas mereka (berdiri shalat). Sedangkan air mata mereka bercucuran di pipi di antara rukuk dan sujud. Jika mereka sudah dalam keadaan demikian Allah akan memperhatikan mereka dan mengatakan kepada Malaikat-Nya, “Wahai Jibril, demi saksi Mata-Ku, barang siapa yang merasakan kesenangan dengan kalam-kalam-Ku dan merasakan ketenangan dalam bermunajat pada-Ku, sesungguhnya aku mendengar perkataan mereka dan aku melihat tangisan mereka. Maka wahai Jibril berserulah dan katakanlah pada mereka, “Mengapa kalian aku lihat begitu cemas? Apakah ada orang yang mengatakan bahwa seseorang akan mengazab kekasihnya-Nya dalam neraka? Tidak pantas bagi seorang hamba yang hina melakukan itu, apalagi bagi Maha Raja Yang Maha Pemurah. Demi kebesaran-Ku sungguh aku akan memberi hadiah pada waktu mereka dihadapkan pada-Ku yang Mulia pada mereka. Aku akan melihat kepada mereka dan mereka juga akan melihat-Ku.” (Mawaiz Wal Majalis)

Air mata Abu Sulaiman Ad Darany, mungkin air mata kerinduan bertemu Allah SWT. Air mata kecintaan yang bergolak dalam hatinya untuk bertemu dengan kekasihnya, Allah SWT. Mungkin juga, itu air mata kekhawatiran, bila semua amal ibadah yang telah dilakukannya, tidak mencapai derajat sebagai golongan para kekasih Allah dan tidak termasuk kelompok para pecinta Allah. Bisa juga, Air mata yang bercucuran di pipi Abu Sulaiman itu, adalah air mata ketundukan, keikhlasan, kepasrahan pada Allah atas semua yang akan ia terima di akhirat kelak. Air mata yang menandakan kekaguman, penghormatan, pemuliaan yang luar biasa atas kasih sayang dan rahmat Allah yang maha segalanya itu, Subhanallah, wal hamdulillah wa Laa ilaaha ilallah, Allahu akbar....


Banyak sekali ungkapan para salafushalih yang isinya suara kegelisahan batinnya. Kegelisahan yang muncul dari kesadaran kecil dan ketidakberdayaan dirinya di hadapan Allah SWT. Kegelisahan yang kerap kali ada ketika hati mereka penuh memuliakan dan mengagungkan Allah, lalu memunculkan kepasrahan yang tinggi dan ketundukan yang sangat dalam dihadapan-Nya. Kegelisahan yang menyeruak seiring dengan kedekatan dan usaha mereka untuk mengabdikan seluruh hidupnya di jalan Allah SWT.

Beribadah, beramal, berjuang dan bekerja untuk meninggikan syariat-Nya. Itulah pelajaran terbesar dari sikap para salafushalih yang selalu melakukan muhasabatunnafs, instropeksi diri. Introspeksi diri yang selalu ada setelah mereka mengerahkan semua kesanggupannya untuk berpaling dari kemaksiatan. Kekuatannya untuk tetap memantapkan pilihannya untuk mengikuti petunjuk kebenaran. “ Jika engkau melihat seseorang melakukan dosa, tidak perlu mencacinya tapi ingatlah dosa-dosamu karena Allah hanya menanyakan amal yang engkau lakukan,” Begitu salah satu nasihat Luqman pada anaknya.


Semoga Allah membuka pintu maghirah dan ampunan-Nya untuk kita. Allah swt menggambarkan dua pilihan yang saling bertolak belakang, dunia atau akhirat. Tentang pilihan ini, Ibnul Qayyim mengatakan, “ Bagaimana seorang anak dianggap berakal jika menjual surga dengan syahwatnya hanya sesaat?” Sedangkan seorang Tabiin, Yahya Bin Muadz mengatakan, “Tidaklah seorang mulia melawan perintah Allah. Dan tidaklah orang yang bijaksana mengutamakan dunia dari akhirat,”


Tetapkanlah pilihan kita di jalan ini. Jangan terpukau oleh kenikmatan sesaat yang akan membawa penyimpangan dan bencana. Serahkan semua orientasi hidup pada Allah saja. Di sanalah kita akan menemukan jaminan penghidupan Allah. Perhatikan nasihat panjang Ibnul Qayyim rahimahullah, “Jika seorang hamba di pagi dan sore hari, tidak mempunyai keinginan apapun kecuali Allah SWT semata. Maka Allah akan memikul seluruh kebutuhannya. Allah akan memberikan semua yang menjadi keinginannya. Mengosongkan hatinya untuk cinta pada-Nya. Menjadikan lisannya berdzikir kepada-Nya. Menjadikan semua anggota tubuhnya memenuhi ketaatan pada-Nya. Tapi jika seorang hamba di pagi hari dan sore harinya tidak mempunyai keinginan apa pun kecuali pada dunia. Maka Allah akan membebankan padanya semua yang menjadi keinginannya. Allah akan meninggikannya dan menjadikan hatinya sibuk dari ketaatan-Nya dengan mengabdi pada manusia sesamanya. Ketahuilah, setiap orang yang menolak dari menghamba pada Allah, ketaatan dan kecintaan pada-Nya, maka ia akan diuji dengan penghambaan pada sesama makhluk, mencintai dan mengabdinya.” (Ibnul Qayyim Al Fawaid)


Ya Allah, jadikanlah yang terbaik dari usia kami adalah pada akhir usia kami. Ya Allah jadikan yang terbaik dari amal-amal kami adalah penutup amal-amal kami di dunia. Ya Allah jadikanlah yang terbaik dari hari-hari kami adalah di saat kami bertemu dengan-Mu..º


Sumber: Mutiara di Dasar Hati
 kartika triana r. x3

Posted by mading man sumpiuh on 22.35. Filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. Feel free to leave a response

0 komentar for "TETAPKAN PILIHAN by: kartika triana r. x3"

Leave a reply

Silakan tinggalkan pesan BOZ .....

Arsip Blog