BUTTERFLY bY : Titien Sugiana
”Suatu hari, sebuah pembukaan kecil terjadi pada sebuah kepompong; seseorang berdiri dan memperhatikan kupu – kupu tersebut selama beberapa jam. Kupu – kupu itu berjuang mengeluarkan tubuhnya dari lubang kecil.
Kemudian, tampaknya kupu – kupu tersebut berhenti berusaha.
Tampak bahwa dia sudah berusaha sejauh yang dia mampu dan belum mencapai hasil yang lebih baik.
Sehingga seseorang itu memutuskan untuk membantu kupu-kupu tersebut: dia mengambil sebuah gunting dan membuka kepompong.
Kupu – kupu itu keluar dengan mudah.
Namun kupu – kupu itu tubuhnya lemah, kecil dan sayapnya masih layu.
Seseorang itu tetap memperhatikan karena dia berharap tiap waktu dia bisa melihat sayap – sayap itu terbuka, meluas, dan mengembang dan dapat menopang badan kupu – kupu, dan menjadi seekor kupu – kupu yang kuat.
Namun belum juga terjadi! Malahan, kupu – kupu tersebut menggunakan sisa hidupnya merangkak berkeliling dengan badannya yang lemah dan sayap yang masih layu. Dia belum bisa juga terbang.
Apa yang tidak di sadari oleh orang yang memiliki niat baik untuk menolong kupu – kupu itu adalah, bahwa kepompong yang membatasi kupu – kupu itu dan perjuangan yang dibutuhkan oleh kupu – kupu itu untuk melampaui pembukaan kecilnya, merupakan cara Tuhan mengeluarkan cairan dari tubuh kupu – kupu ke sayap – sayapnya, sehingga kupu – kupu tersebut akan siap terbang sekali dia mampu terbebas dari kepompong .
Terkadang, perjuangan adalah apa yang benar – benar kita butuhkan dalam hidup.
Jika Tuhan membiarkan kita menjalani hidup tanpa hambatan, kita akan menjadi lemah. Kita tidak akan pernah menjadi kuat, tidak akan pernah bisa terbang.
Kita minta kekutaan....
Dan Tuhan memberikan kita kesulitan untuk membuat kita kuat.
Kita minta kebijaksanaan...
Dan Tuhan memberikan masalah untuk diselesaikan.
Kita minta kesejahteraan ...
Dan Tuhan memberikan otak dan kekuatan untuk bekerja.
Kita minta keberanian atau keteguhan hati…..
Kemudian, tampaknya kupu – kupu tersebut berhenti berusaha.
Tampak bahwa dia sudah berusaha sejauh yang dia mampu dan belum mencapai hasil yang lebih baik.
Sehingga seseorang itu memutuskan untuk membantu kupu-kupu tersebut: dia mengambil sebuah gunting dan membuka kepompong.
Kupu – kupu itu keluar dengan mudah.
Namun kupu – kupu itu tubuhnya lemah, kecil dan sayapnya masih layu.
Seseorang itu tetap memperhatikan karena dia berharap tiap waktu dia bisa melihat sayap – sayap itu terbuka, meluas, dan mengembang dan dapat menopang badan kupu – kupu, dan menjadi seekor kupu – kupu yang kuat.
Namun belum juga terjadi! Malahan, kupu – kupu tersebut menggunakan sisa hidupnya merangkak berkeliling dengan badannya yang lemah dan sayap yang masih layu. Dia belum bisa juga terbang.
Apa yang tidak di sadari oleh orang yang memiliki niat baik untuk menolong kupu – kupu itu adalah, bahwa kepompong yang membatasi kupu – kupu itu dan perjuangan yang dibutuhkan oleh kupu – kupu itu untuk melampaui pembukaan kecilnya, merupakan cara Tuhan mengeluarkan cairan dari tubuh kupu – kupu ke sayap – sayapnya, sehingga kupu – kupu tersebut akan siap terbang sekali dia mampu terbebas dari kepompong .
Terkadang, perjuangan adalah apa yang benar – benar kita butuhkan dalam hidup.
Jika Tuhan membiarkan kita menjalani hidup tanpa hambatan, kita akan menjadi lemah. Kita tidak akan pernah menjadi kuat, tidak akan pernah bisa terbang.
Kita minta kekutaan....
Dan Tuhan memberikan kita kesulitan untuk membuat kita kuat.
Kita minta kebijaksanaan...
Dan Tuhan memberikan masalah untuk diselesaikan.
Kita minta kesejahteraan ...
Dan Tuhan memberikan otak dan kekuatan untuk bekerja.
Kita minta keberanian atau keteguhan hati…..
Agoez-Tien PujaKesuma 07 Februari jam 4:12
Posted by mading man sumpiuh
on 13.52. Filed under
KIRIMAN ALUMNI
.
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0.
Feel free to leave a response