MANUSIA YANG TERTIPU
Orang-orang mukmin yang tidak menghiraukan perintah Allah (amal saleh) baik dengan lisan atau keyakinan mereka, serta mereka menodainya dengan nafsu, mereka sama seperti orang-orang kafir yang terperdaya, karena kehidupan dunia adalah tipu-daya yang nyata, baik bagi orang-orang mukmin maupun orang-orang kafir.
Contoh terperdayanya orang-orang yang kafir terhadap Allah adalah seperti perkataan mereka: ” Jika Allah menghidupkan kami, maka kami lebih berhak hidup dari padanya.”
Allah menceritakan sikap mereka dalam QS.al-kahfi35-36 yang artinya: ”Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya, dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang. Dan jika sekiranya aku kembalikan kepada Tuhanku, pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik dari pada kebun-kebun itu,”
Faktor penyebab keterpedayaannya mereka adalah karena mereka mengikuti analogi yang di ciptakan iblis terkutuk. Misalnya, mereka kadang memperhatikan nikmat Allah di dunia kemudian menganalogikannya dengan nikmat akhir, kadang mereka juga memperhatikan penundaan siksa di dunia kemudian menganalogikannya dengan siksa akhir. Sebagaimana Allah menceritakan mereka ketika mereka berkata yang artinya: ” Mengapa Allah tidak menyiksa kita di sebabkan apa-apa yang kita katakan itu?” (QS.al Mujadalah:8).
Kadang mereka memperhatikan orang-orang mukmin yang hidup dalam penderitaan, kemudian menghinanya sambil berkata yang artinya: ” Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah?” (QS. al-An’am:53).
Juga mereka berkata yang artinya: ” Kalau sekiranya ia adalah sesuatu yang baik, tentulah mereka tidak mendahului kami kepadanya,” (QS.al-Ahqaf:11)
Susunan analogi yang tertata rapi dalam hati mereka adalah perkataan berikut: “ Allah benar-benar telah berbuat baik kepada kami dengan menganugerahi kenikmatan dunia. Setiap orang yang berbuat baik kepada orang lain, pasti karena dia menyenanginya, dan setiap orang menyenangi orang lain, pasti ia akan berbuat baik kepadanya.”
Itu merupakan ungkapan yang keliru. Ungkapan yang benar adalah: “Kadang seseorang yang berbuat baik kepada orang lain itu belum tentu karena ia menyenanginya, bahkan kadang kebaikan orang itu secara perlahan-lahan menjadi penyebab kehancurannya.”
Sikap seperti ini merupakan bentuk tipu daya yang murni kepada Allah SWT. Dengan demikian, Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah akan melindungi hamba-Nya yang mukmin dari kenikmatan dunia, sebagai mana engkau melindungi penyakitmu dari makanan dan minuman yang di sukai.”
Demikian pula, ketika orang-orang yang berjiwa bersih mendapatkan kenikmatan dunia, maka mereka sedih, tetapi jika datang kepada mereka kefakiran, mereka senang seraya berkata: “Selamat wahai orang-orang yang saleh.”
Allah SWT berfirman yang artinya: “ Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan”, maka dia akan berkata: “Tuhanku telah memuliakanmu,” (QS. al-Fajr:15)
Allah SWT berfirman yang artinya: “Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang kami berikan kepada mereka itu, kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar,” (QS. al-Mu’minun:55-56)
Dalam firmannya yang berbunyi: “ Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur,dengan cara yang mereka ketahui,”(QS. ql-A’raf:182, al-Qalam:44)
Allah SWt berfirman yang berbunyi: “ Dan Aku memberi tangguh kepada mereka sesungguhnya rencana-Ku amat teguh,”(QS. al-A’raf:183, al-Qalam:45)
Dan firmanya yang lain yang berbunyi: “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, kami pun membukakan pintu kesenangan untuk mereka, sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa,”(QS.al-An’am:44).
Tidak dikatakan beriman orang yang merasa aman dengan tipu-daya ini. Sumber tipu-daya ini berpangkal pada ketidak tahuan mereka terhadap Allah dan sifat-safat-Nya.
Barang siapa yang mengenal Allah, maka ia tidak akan merasa aman dengan sesuatu yang di benci. Mereka tidak memperhatikan siksa yang menimpa Fir’aun, Haman, dan Namrudz dengan harta melimpah yang mereka miliki.
Dalam al-Qur’an Allah SWT mengancam segala sesuatu yang dibenci-Nya yang artinya: “Maka tiada merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi,”(QS.al-A’raf:99)
“Orang-orang kafir itu membuat tipu-daya, dan Allah membalas tipu-daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu-daya,”(QS. Ali ‘Imran:54)
“Karena itu beri tangguhlah orang-orang kafir itu, yaitu beri tangguhlah mereka itu barang sebentar,”(QS. al-Thariq:7)
Bararang siapa yang dianugrai nikmat oleh Allah, maka hendaknya ia waspada agar tidak berubah menjadi siksa.
Sumber: Mitra Pustaka
Annisa Wahyul K.
Posted by mading man sumpiuh
on 15.09. Filed under
CERITA ISLAM
.
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0.
Feel free to leave a response