PEMBUDIDAYAAN JAMUR TIRAM
Sudah pernah dengar soal jamur tiram? Sekarang jamur tiram sudah banyak dibudidayakan, terutama di desa Kamulyan Kecamatan Tambak, yang sekarang makin banyak saja yang membudidayakannya di daerah tersebut. “selain mudah dibudidayakan juga karena selera pasar yang cukup tinggi membuat masyarakat memilih membudidayakannya.” Ujar ibu Jasih (salah satu kelompok pembudidayaan jamur tiram).
Pada awalnya pembudidayaan jamur tiram ini ditakutkan oleh ibu Kusriyah (Ibu Lurah Desa Kamulyan), tetapi kemudian banyak masyarakat yang tertarik membudidayakannya, terutama para ibu rumah tangga, yang tertarik ingin belajar usaha, mengisi waktu luang dengan keterampilan yang bermanfaat dan yang tidak kalah penting untuk menambah penghasilan keluarga.
Yang salah satunya dengan membudidayakan jamur tiram. Dengan banyaknya masyarakat desa yang berminat membudidayakan jamur tiram ini. Mereka berinisiatif membentuk kelompok-kelompok pembudidaya jamur tiram. “ pengelola dalam Kelompok Belajar Usaha “Kenanga” desa Kamulyan, baru 10 orang anggotanya dan mudah-mudahan akan semakin banyak yang bergabung” kata Ibu Jasih.
Ternyata cara membuat media jamur tiram inipun cukup mudah, hanya membutuhkan 3 batang Utama, serbuk gergaji 100 kg. 15 kg bekatul (dedak) dan kapur putih 2 kg.
Cara membuatnya: semua bahan tadi diaduk sampai merata, lalu ditambahkan air secukupnya dan aduk sampai rata lagi. Diamkan selama sehari setelah itu isikan kedalam plastik media yang berukuran 15 X 25 X 04 dengan bahan media. Bentuk seperti tabung. Lalu di kukus ± 8 jam, kemudian diamkan ± 1 hari aghar dingin dan diberi bibit jamur. Biarkan ± 1 bualn agar bibit atau mycelium merambat keseluruh media hingga media yang semula berwarna caoklat menjadi putih karena tertutup oleh mycilium. Setelah jamur tumbuh untuk menghindar hama juga agar media tetap lembab, semprot dengan air biasa secukupnya tiap pagi.
Kurang lebih 30 hari jamur dapat tumbuh pada media penanaman, dan jika sudah tumbuh biasanya tiap hari dapat di panen untuk kemudian dipasarkan, “untuk saat ini pemasarannya masih disekitar pasar-pasar terdekat dan warung-warung, karena media yang kami buat belum banyak dan di jual mentah (masih bentuk jamur, mungkin bila dibuat kripik jamur tiram, pemasarannya pun bisa lebih meluas bahkan kekota-kota sebrang” tutur Ibu Jasih.
“untuk soal harganya relative murah hanya Rp 8.000,- per kg. tapi biasanya di pasar dijual dengan timbangan 2 Ons / 1 ½ Ons perbungkus karena selera pasar lebih suka timbangan 2 Ons atau 1 ½ Ons” tuturnya lagi.
Dalam pembudidayaan jamur tiram ini juga mengandung resiko. Resiko yang sering terjadi saat ini adalah cuaca ekstrim yang membuat suhu udara tidak teratur terkadang panas sekali terkadang dingin sekali yang membuat tahun lalu budidaya jamur di desa tersebut hampir gagal karena ± 20 % media penanaman jamur rusak. Dan kendala lainnya juga timbul apabila jamur terserang hama, misalnya laba-laba, yang sering membuat sarang pada media, cacing, siput, rayap jamur parasit yang mengganggu tumbuhnya jamur tiram bakteri serta virus-virus.
Ada hama pasti ada pencegahan dan pengatasannya. Jika mengatasinya yaitu dengan membuang media yang sudah terkena bibit penyakit agar tidak menular ke media lain. Nah yang paling penting pencegahannya bukan, cara pencegahannya beragam sesuai hama / penyakit yang ada, misalnya penyakit yang sering disebut “Mucor SPP” di cegah dengan mengurangi jumlah susuan media pada rak jamur, mengaturnya dan menurunkan suhu ruangan denagn membuaka sirkulasi udara.
Laba-laba yang sering membuat sarang pada media lebih baik dibersihkan, agar tidak menghambat pertumbuhan jamur, usahakan agar rayap tidak merambat kemedia dengan cara memberi minyak tanah pada setiap kaki rak penyusun media.
Media jamur tiram ± dapat bertahan selama 2-3 bulan maka dalam usia media yang sudah mencapai 2 ½ bulan harus ada pembuatan media agar tetap dapat panen.
X 1 2012