KUMPULAN KARYA BU ASIH
INI ADALAH FOTO BU ASIH SUYATNI
BELIAU ADALAH GURU BAHASA INDONESIA
DISAMPING MENGAJAR BELIAU JUGA SERING MENULIS
INILAH SEBAGIAN KARYANYA YANG BISA ANDA NIKMATI DI BAWAH INI.....
PUISI 1
“BIARLAH 1”
aku coba mengerti walau sebenarnya sangat tak kumengerti
segala yang terjadi atas ini hati
aku mengerti
bahkan sangat mengerti
biarlah ....
biarlah kuterima ini semua
biarlah terluka ini rasa
biarlah membiru ini kalbu
biarlah mengelam
biarlah menghitam
biarlah tenggelam
biarlah ....
biar menganga ini luka
mengucur darah
berbalur darah
merah dan merah
biarlah ....
Tuhanlah Yang Maha Tahu
biarlah kuberserah
hanya pada Allah-ku
biarlah ....
karena Dia-lah Sang Penentu
Sumpiuh, 7 September 1998
PUISI 2
“BIARLAH 2”
Biarlah kujalani saja kehidupanku apa adanya lengkap dengan
segala luka dan derita yang ada di dalamnya
biarlah kujalani saja liku-likunya bersama mentari dan rembulan
yang akan senantiasa muncul dan muncul lagi bersama
gemintang nyalang
biarlah kujalani saja derunya bersama awan dan gerimis hujan
dan petir yang akan senantiasa muncul dan muncul esok
bila musim penghujan tiba
takkan ku marah
takkan ku demdam
takkan ku dengki
takkan ku benci
aku mengerti
bahkan sangat mengerti
segala yang harus dijalani
dalam hidup dan kehidupan ini
Biarlah sekarang begini
ku bersandar saja pada-Nya
Dialah Yang Maha Kuasa atas segala-gala
ku yakin, bila saatnya tiba
atas Kuasa-Nya
Dia akan biarkan aku tersenyum
bahkan tertawa-tawa !
Sumpiuh, 8 September 1998
PUISI 3
ENGKAU MAHA TAHU
Ya Allah,
Sungguh enggan kuhenti menulis untuk memuja muji mengagungkan
Asma-Mu pada tiap tetes tinta yang kutuang dalam kertas-kertas dan kertas,
Sungguh enggan kuhenti berucap untuk memujamuji mengagungkan
Asma-Mu pada tiap tarikan nafas meski itu Cuma ucapku dalam hati
Atas sekian banyak dan sekian besar rahmat nikmat kurnia kesukaan dan
Kesenangan ketentraman hati jiwa dan pikiran yang telah Kau curahkan
Kaulimpahkan dan Kautumpahkan melalui kuasa-Mu pada hamba-Mua
Yang sungguh hinadina ini.
Ya allah,
Tuhanku selamanya
Tuhanku
Yang kupatri rapi di dalam hati
Yang selalu mengiringi di tiap detak jantug
Yang memenuhi segala aliran darah
Yang kuseru selalu di sepenuh kalbu
Yang selalu ada di dasar jiwa
Allah ... terima kasih atas suka-Mu pada hamba-Mu ini
Atas segala rasa yang kurasa saat ini
Ya Allah,
Engkau Maha tahu segala rasaku ini waktu
Purwokerto, 14 Februari 1999
PUISI 4
RINDUKU
Ada biru
ada merah jambu
kau tahu ?
hati ini terpikat
kalbu ini terjerat
jiwa ini terikat
kau tahu ?
dalam detik dalam menit dalam jam dalam hari dalam minggu
dari waktu ke waktu
dalam pagi dalam siang dalam sore dalam senja dalam malam
dari pancaran sinar mentari ke senyum rembulan
dan kedip geminting
sejuta ingat ejuta khayal segala bayang segala kenang
sejuta lamunan sejuta harap sejuta damba bersama bertumpuk
rindu berderat rindu
menyatu
mengharu biru
disini kalbu
kau tahu ?
: bisikan namamu
ukiran bayangmu
lumat dalam pejamku
Purwokerto, 4 Maret 1999
PUISI 5
SEPERTINYA
Sepertinya diam itu lebih baik
tapi bila dalam diam itu tersimpan bertumpuk gundah
berton-ton gulana, bagaimana ?
siapa suka ?
Sepertinya aku harus bertanya
tapi pada siapa ?
sedang apa-apa pun merasa dingin
sebeku salju
siapa mau ?
Sepertinya aku harus bicara
tapi dengan siapa ?
sedang diapun sepertinya tak hendak
tak ada suara
padahal aku memang harus bicara !
: aku ingin kaca yang bening
aku ingin air yang jernih
itulah !
kita harus bicara
kapan kau bisa ?
Purwokerto, 25 April 1999
PUISI 6
PENGADUAN DAN DO’A
Tuhanku
Engkau tau begini rasaku
dalam menanti stitik salju jernih
di lautan dahaga hati
Tuhanku
berapa lintasan mentari lagi aku terbiar begini ?
Kau tahu Tuhan
betapa hampa ini rasa
Tuhanku
Engkau tahu petapa dulu hati ini luka dan tambang buat waktu sekian lama
Lalu hari-hari serasa tiada warna sampai kemudian kau tahu ada
sedikit pijar dalam pelangi yang masih redup
Lalu pijar maya itu ternyata hingga kalbuku kembali dipenuhi
warna-warna dan ada pula bunga-bunga
Lalu kini ...
Tuhanku, mengapa kau biarkan gulana meraja ?
Tuhan, warna-warna dan bunga-bunga tlah sekian lama tak tertata,
terbiar begitu rupa
meski sangat kucoba buat menjaga, tapi kiranya lebih menjelma
Bila ada penatanya
Tuhan, jangan biarkan ini berlama-lama
Tuhanku ...
bila boleh kupinta
Engkau turut jagalah pula
Tuhan ....
Bila boleh kumohon :
Jangan biarkan warna-warna pudar
Jangan biarkan warna-warna kusam
Jangan biarkan bunga-buga layu
Jangan biarkan daun-dan gugur
Jangan biarkan kuncup-kuncup hancur
Jangan biarkan, Tuhan !
Tuhanku
Kumohon dan kupinta :
jangan biarkan hati dan kalbu ini
mengelabu, menghitam, pekat
jangan biarkan rupaku putih pucat
Tuhan,
bila boleh kupinta :
biarlah warna-warna menjelma
Purwokero, 20 Mei 2000
PUISI 7
AKU RINDU
Ibu ....
Terngiang merdu suaramu
meninabobokanku
waktu kukecil dulu
“tak lelo lelo lelo ledhung
anakku sing ayu rupane
mbok oko pijer nangis wae
yen nangis ndak ilang ayune”
Ibu ....
terkenang lembut belaimu
masih terasa hangat dekapmu
saat kau ninabobokan aku
dalam indah senandungmu
“tak lelo lelo lelo ledhung
anakku sing ayu rupane
tak gandhang biso urip mulyo
dadio wanito utomo”
Ibu, takkah kau tahu ?
Aku sangat rindu padamu
pada belaimu, pada dekapmu, pada pelukmu
pada cerita-cerotamu, pada senandung merdumu
hangat jiwaku, tenang hatiku, nyaman rasaku
Tapi kini ku di rantau, Ibu
Tak bisa rasakan semua itu setiap waktu
Ibu, kini aku sedang sangat rindu
pada segala cinta dan kasih sayangmu
Ibuku ... aku sangat merindukanmu ...
Purwokerto, Oktober 2000
PUISI 8
SEGULIR ASA
Ada pijar
sedikit menebar
entahlah ....
itu belum pasti
Ada pijar
sedikit menerangi
entahlah ...
itu belum pasti
dalam gersang
dalam riap
dalam luka
dalam lara
dalam kelu
dalam pilu
ini hati
hitam legam
terpendam
dalam
sampai dasar
Ada pijar
semacam lilin di gelap pekat
semacam tetes embun di padang tandus
apa nyata ?
kau mau bilang apa ?
itu belum pasti !
memang itu pijar
tapi belum pasti !
Sumpiuh, 27 Juli 2007
PUISI 9
KUCARI JAWAB
sungguh tak kumengerti
engkau, pijar
memburu mengejar
sungguh tak ku tahu
begitu terburu-buru
engkau mengurung kalbuku
aku tergugu
ku berlari
berdegup-degup
tersentak
terhentak
berkerut
memejam
oh !
mengapa ?
adakah benar pijar ingin kekal
selama jantung berujar ?
kucari jawab
hingga bumi terlelap
semua bisu
kucari lagi
pada Engkau !
Sumpiuh, 8 Agustus 2001
PUISI 10
DOAKU
Ya Allah ...
Tuhanku di segala masa
kubersandar pada-Mu
pada kasih-Mu
pada sauang-Mu
pada belai-Mu
pada fitrah-Mu
pada kuasa-Mu
Allah yaa Rabbi
Ya Allah ....
Yang Maha dari segala Maha
Engkaulah nadiku
kubersandar pada-Mu
hanya pada-Mu
dari segala suka
dari segala duka
atas kuasa-Mu aku sedih
atas kuasa-Mu aku bahagia
Tuhanku
ingin kudekap erat ridlo-Mu
Tuhanku di segala masa
kukatupkan jemari
dalam tunduk
atas Asma-Mu
Sumpiuh, 1 September 2002
PUISI 11
“TAK INGIN LUKA”
Mau bermain-main saja ?
Mana boleh begitu ?
Jangan bermain-main di ini hati
nanti aku bisa mati
Jangan dikoyak-moyak ini hati
nanti aku bisa mati
karena akan menganga luka-luka
karena kan terlalu banyak darah
karena akan membanjir darah-darah
jangan begitu !
nanti mataku memerah
oleh air mata darah !
Sumpiuh, September 2002
PUISI 12
ENTAHLAH
Aku tak tahu
harus apa kukata
Aku tak tahu
apa maunya
Aku tak tahu
Aku bagai dalam laut
ombang segunung-gunung
arus keras desa
badai ada disana
ku terhempas-hempas
terombang-ambing
pontang-panting
Entahlah
hancurkah ?
remukkah ?
entahlah
Sumpiuh, 28 Oktober 2002
PUISI 13
RODA
Hidup ini penuh warna
kadang merah
jingga ceria
kadang ungu mengelabu
sampai hitam kelam
pekat membenam
Sumpiuh, Oktober 2002
PUISI 14
MELAGU ALAMKU
Awan menari bersama bayu pergi
raut langit biru tersipu
warna-warni indah menjelma
ada hijau, kuning, dan hingga
nilai, biru, serta merah jambu
sejuta pupus daun tertawa
untai-untai bunga menyapu debu-debu
sejuta tetes embun menyapu debu-debu
akar-akar makan sambil bercengkrama
nada-nada sumbang terbang menghilang
tinggal melagu merdu alamku
sinar mentari damai merangkul kalbu
amat tenang kurasa dalam dada
yang maha kuasa bijak tak terkira
antarkan mentari pelita hati
nampakkan cahya penghayat jiwa
gempita lagu cinta memenuhi buana
Sumpiuh, Desember 2003
PUISI 15
KADO BUAT EMAK
(Adaptasi dari cerpen, “Sajadah Emak” karya Arman A.Z.)
Lima hari lagi ! ya, lima hari !
Sajadah itu belum juga terbeli
meski tlah berhari-hari mengais rejeki
bermodal semir, lap, sikat dan sandal jepit di kaki
Hari ini, ya hari ini
“emak, hari ini, tanpa balon warna-warni
empat lima tahun umurku kini,
begitu desah seorang bocah sambil menelan ludah
Pandangnya tertuju pada ibunya yang bersimpuh di atas sajadah
Semantaram, dalam benaknya tergambar jelas :
di toko itu, saadah beludru, hijau tua warnamu
bergambar masjid megah dengan seruas jalan panjang
menuju ke arahnya
Lalu dipandangnya lagi ibunya yang masih bersimpuh
di atas sajadah usangnya
tanpa tersa menitiklah air mata
“Emak, aku ingin sajarah itu untukmu, Cuma untukmu”
Hari ini, masih hari ini
Hari telah rambang petang
bersandar dia di tembol lumutan sambil menghitung-hitung uang recehan
yang belum cukup juga buat menebus sadah impian
Hari telah rambang petang
Sajadah itu menari-nari menyakiti nurani
Seorang bocah menelan ludah memandangi sajadah
Tiba-tiba nurainya berontak !
Dia melompat merenggut sajadah dari rak panjangnya
lalu dia berlari, lari dan berlari
Di belakangnya orang-orang mengejar, garang mengejar
angin senjapun menerbangkan suara-sara terbungkus amarah
Bocah kecil itu bergetar, dia terjebak di sudut pasar
Dan dalam sekejap seluruh tubuhnya penuh darah dan memar
memar berdarah-darah
dan dia cuma bisa pasrah lewat matanya yang basah
Tanpa diduga, seorang bapak menyeruak
Kerumunan tanpa nurani itupun tersibak
Tanpa diduga, bapak itu mengikhlaskan sajadahnya
setelah tahu alasannya
Adzan Maghrib berkumandang
Bocah kecil itupun pulang dengan riang
Sajadah beludru. Hijau tua warnanya. Erat dalam dekapnya
Kado ulang tahun terindah buat emak tercinta
Semarang, 16 Agustus 2006
PUISI 16
CINTAKU
aku masih punya cinta
banyak cinta
segenap jiwa
sepenuh kalbu
cinta untuk-Mu
untuk-Mu saja
melebihi segala-gala
Sumpiuh, November 2006
PUISI 17
TENTANGMU
(Dalam Kenang)
malang melintang
menghadang-hadang
berlari-lari
kesana kemari
menguntit
membuntuti
mengikuti
mendahului
menjajari
di belakangku
di depanku
di sampingku
di atasku
di dalamku :
dalam pejamku, dalam anganku, dalam khayalku
dalam harapku, dalam dambaku, dalam kalbuku
dalam jiwaku, dalam kenangku, dalam penantianku
semua selaksa menyatu dalamku
kau tahu ?
ya !
: namamu
: senyummu
: tatapmu
Sumpiuh, Maret 2007
PUISI 18
UNTUK ANAKKU
Kau ingat, anak-anakku ?
Sering kukatakan padamu :
“Ibu tak ingin ketemu kalian lagi
pada bulan Juli nanti
di dalam kelas ini !”
Kau tahu, anak-anakku ?
Kata-kata kerasku itu
sama sekalu bukan amarahku
apalagi benci dendamku padamu
sama sekali bukan itu, anak-anakku
Itulah motivasiku padamu
Itulah kasih sayangku untukmu
Itulah doa tulusku untukmu
Itulah keinginan terdekatku atasmu
Atas kalian semua
Agar kalian semua lepas dari sini
Agar kalian lanjutkan mimpi
Agar kalian pergi meraih cita
Agar kalian lari menggapai cita
Anak-anakku tersayang
Mari usahakan bersama
Mari upayakan dengan segala daya
demi mencapai itu semua !
Jangan lupa berdoa
memohon pada Yang Mahakuasa
Karena tanpa ridlo dan kuasa-Nya
Kita takkan pernah bisa apa-apa
Sumpiuh, Februari 2009
PUISI 19
PERMATA HATI
kalianlah penghiburku
segala lelah hilang sudah
segala penat musnah seketika
segala masalah terlupa pula
saat kulihat gaya-gaya lucunya
saat kudengar celoteh lugunya
tentang sekolah dan teman-temannya
tentang keinginan-keinginannya
tentang khayal yang luar biasa
kalianlah sebenar-benar penghiburku
penghibur yang tiada bandingnya
ada saja celoteh lugu yang membuatku padanya
“Ibu, ibu cantik deh ....”
“Ibu cape ya, sini aku pijitin”
“Ibu, ini Iobu yang masak ya ?
Mmm ... masakan Ibu enak ....”
“Ibu, kalau pergi jangan lama-lama ya,
nanti aku kangen”
ah, indah tiada tara
memiliki tiga permata
dengan tiga karakter uniknya
Sumpiuh, 27 Mei 2009
karya yang bagus
Adik2 yang kreatif, salam ya buat bu Asih. Saya temen sekelas Bu Asih waktu kuliah di Semarang. Bisa minta tolong alamat dan no telp. yg bisa dihubungi kalau ada. Bisa dikirim ke emai saya : hafidz.hafidz@gmail.com , atau kalau tidak keberatan bisa sms ke nomor 08815801410.
Terimakasih,
Hafidz
Karawang - Jabar.
assalamualaikum bu asih semoga bahagia sll ekspresif and natural hatiku terhempas sejenak ke masa lalu
salam dari syaifudin
Adik2 terimakasih atas bantuannya, Bu Asih sudah memberikan kabar berita ke saya. Salam buat adik2 kreatif pengelola mading MAn ini. Teruskan karyanya, jangan pernah berhenti berkreasi, siapa tahu mading adik2 bisa merubah dunia dengan inspirasimu.
Salam,
Hafidz
Karawang- Jabar